5 Fakta di Balik Pembangunan Simpang Susun Semanggi
Di tengah geliat pembangunan ibu kota, terselip proyek Semanggi interchange atau yang lebih dikenal dengan nama Simpang Susun Semanggi.
Setelah dikebut pengerjaannya sejak tahun 2016, Simpang Susun Semanggi kini sudah dapat dilintasi warga Jakarta. Keberadaannya tentu diharapkan mampu mengurai kemacetan yang sering terjadi di kawasan Semanggi yang merupakan titik pertemuan arus kendaraan dari berbagai arah.
Di luar itu semua, keberadaan Simpang Susun Semanggi memang menjadi perhatian. Ditambah lagi sejumlah fakta menarik di baliknya. Seperti desainnya yang unik, juga sistem pembiayaan proyek yang tak biasa. Agar tidak penasaran, berikut lima fakta menarik di balik pembangunan Simpang Susun Semanggi.
1. Pemberian Nama
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sempat berunding terkait penamaan jalan layang Semanggi. Dari situ, muncul dua pilihan nama, Simpang Susun Semanggi dan Simpang Baja (Basuki-Djarot) Semanggi.
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku lebih setuju dengan usulan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang lebih memilih nama Simpang Susun Semanggi. Menurutnya, kata "Semanggi" harus ada, sebab nama itu merupakan pemberian Presiden RI pertama, Soekarno.
2. Desain yang Menakjubkan
Jalan Layang Non Tol (JLNT) dengan panjang 1.622 meter ini menjadi jalan raya pertama di Indonesia yang memakai bentang terpanjang di atas jalan tol dalam kota Jakarta secara hiperbolik.
Simpang Susun Semanggi pun dinilai sebagai karya yang cukup monumental baik dari sisi teknik konstruksi hingga pencahayaannya.
Jembatan layang ini sendiri terdiri dari dua ruas. Satu ruas diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Cawang menuju ke Bundaran Hotel Indonesia. Ruas lainnya untuk kendaraan dari arah Slipi menuju Blok M.
Dengan begitu, tidak lagi terjadi pertemuan antara pengendara dari Jalan Gatot Subroto dan dari Jalan Sudirman di kolong jembatan yang kerap membuat lalu lintas tersendat.
3. Pembiayaan yang Tidak Memakai APBD
Proyek Simpang Susun Semanggi digagas oleh Basuki Tjahaja Purnama saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pria yang akrab disapa Ahok itu menggunakan Peraturan Gubernur (PerGub) DKI Jakarta, yang memberi syarat kepada sebuah perusahaan swasta untuk membiayai proyek Simpang Susun Semanggi sebagai kompensasi atau denda kenaikan Koefisien Luas Bangunan (KLB) atas pembangunan konstruksi mereka di Jakarta, yakni PT Mitra Panca Persada, anak perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.
Dengan cara ini, para pengembang pun didorong untuk lebih tertib dalam mendirikan bangunan, dan sesuai izin yang diberikan. Tak hanya itu, dana APBD pun bisa digunakan untuk membiayai program lain yang lebih menyentuh masyarakat ibu kota.
4. Hadiah Kemerdekaan
Simpang Susun Semanggi sendiri telah diuji coba sejak 28 Juli 2017, dan baru diresmikan pada 17 Agustus 2017 lalu bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI. Peresmiannya sendiri dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.
Untuk sementara, Simpang Susun Semanggi hanya dapat digunakan untuk kendaraan roda empat. Karena cukup tinggi, jalan layang ini dinilai berbahaya jika dilalui kendaraan roda dua.
5. Sisa Uang Rp 200 Miliar
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan ada sisa uang sekitar Rp 200 miliar dari total anggaran Rp 500 miliar lebih untuk proyek Simpang Susun Semanggi.
Menurut rencana, sisa uang tersebut nantinya akan digunakan untuk membuat trotoar di kawasan sekitar Simpang Susun Semanggi. Menarik, bukan?